"Kami anak wali bapak, Pak" sapaku.
"Oh tunggu sebentar di situ ya" beilau berbicara. Suaranya tak seseram cerita para mbak mas senior, tapi teman-temanku tetap grogi di depan beliau, tak terkecuali aku.
Setelah cukup lama menunggu, tanpa berbicara (hanya memberi kode kepada kami untuk mengikutinya) beliau berjalan tegap menuju suatu ruangan. Kami menguikuti belia dari belakang seerti anak bebek mengikuti induknya.
Kami tiba di suatu tempat, seperti tempat presentasi. Di sana kami dipersilahkan duduk, lagi-lagi tanpa suara, hanya kode. Setelah menyapa dan mendata kami, beliau mulai menjelaskan pada kita tentang fungsi dosen wali, hak dan kewajiban anak wali terhadap dosennya. Beliau berpesan, biar bisa dekat harus terjalin komunikasi yang baik. Tanpa komunikasi yang baik, seorang dosen wali tak bisa menjalankan perannya dengan baik. Gimana caranya? Caranya adalah sering-sering konsultasi ke beliau. Beliau akan dengan senang hati menerima kami. Tapi satu pesannya, kalau mau bikin janji jangan telepon, SMS aja. Siap, Pak! hehehe.
Beliau sangat baik pada kami. Ternyata Pak Salatoen tak se-"killer" kata senior, atau mungkin belum?! Hohoho we'll see...
Yaa semoga saya bisamenjadi anak walimu yang baik Pak. menjadi orang yang berguna. Amin.
Pak Salatoen:
Kata mereka saya killer? Ya! Saya memang killer, tapi killernya demi kebaikan. Kalau kamu neko-neko ya kamu saya marahi, tapi kalau nggak ya buat apa saya kerja ekstra marah-marah. Saya tidak jahat kok, itu hanya persepsi.
No comments:
Post a Comment