Tuesday, 16 August 2011

Perwalian Pertama

Deg-degan. Setelah cerita dari mbak mas waktu buber kemarin, bertemu dengan dosen waliku, Pak Salatoen, nampaknya akan jadi pengalaman yang mendebarkan. Kami,berempat belas, yang sama-sama menjadi anak wali Pak Salatoen, mulai mencari dosen wali kami. Tapi sebelumnya, kami menuju ruang komputasi untuk nge-print FRS (Formulir Rencana Studi) yang berisi mata kuliah yang akan kami ambil selama satu semester ke depan. Tapi sayangnya, kita tak mendapat apa-apa di sana karena data mata kuliah belum lengkap. Alhasil kita keluar dengan tangan hampa. Kembali ke pencarian Pak Salatoen, hehe. Jadi, kami masuk TU lalu mulai menanyai satu persatu orang yang ada di dalam sana. Singkat cerita, sampailah kami di depan pintu ruangan Pak Salatoen. Pria paruh baya berbaju putih bergaris memandangi kami dari dalam ruangan itu. Lalu, pria itu membuka pintu sambil menatap kami dengan tatapan aneh sambil melepas kacamata berframe emas. 


"Kami anak wali bapak, Pak" sapaku.
"Oh tunggu sebentar di situ ya" beilau berbicara. Suaranya tak seseram cerita para mbak mas senior, tapi teman-temanku tetap grogi di depan beliau, tak terkecuali aku.


Setelah cukup lama menunggu, tanpa berbicara (hanya memberi kode kepada kami untuk mengikutinya) beliau berjalan tegap menuju suatu ruangan. Kami menguikuti belia dari belakang seerti anak bebek mengikuti induknya.


Kami tiba di suatu tempat, seperti tempat presentasi. Di sana kami dipersilahkan duduk, lagi-lagi tanpa suara, hanya kode. Setelah menyapa dan mendata kami, beliau mulai menjelaskan pada kita tentang fungsi dosen wali, hak dan kewajiban anak wali terhadap dosennya. Beliau berpesan, biar bisa dekat harus terjalin komunikasi yang baik. Tanpa komunikasi yang baik, seorang dosen wali tak bisa menjalankan perannya dengan baik. Gimana caranya? Caranya adalah sering-sering konsultasi ke beliau. Beliau akan dengan senang hati menerima kami. Tapi satu pesannya, kalau mau bikin janji jangan telepon, SMS aja. Siap, Pak! hehehe.
Beliau sangat baik pada kami. Ternyata Pak Salatoen tak se-"killer" kata senior, atau mungkin belum?! Hohoho we'll see...


Yaa semoga saya bisamenjadi anak walimu yang baik Pak. menjadi orang yang berguna. Amin.


Pak Salatoen:
Kata mereka saya killer? Ya! Saya memang killer, tapi killernya demi kebaikan. Kalau kamu neko-neko ya kamu saya marahi, tapi kalau nggak ya buat apa saya kerja ekstra marah-marah. Saya tidak jahat kok, itu hanya persepsi.

No comments:

Post a Comment